Bagi penggemar batik, Giriloyo, Imogiri jadi tempat yang harus dapat prioritas dalam kunjungan ke Yogyakarta.
Jika tertarik, menuju daerah ini cukuplah mudah. Lokasinya tak jauh dari kompleks makam Imogiri. Sungguh, pesona batik di daerah ini selalu terkenang. Bukan sekedar belanja, tapi keramahan warga selalu menyapa.
Membatik, bagi warga kampung Giriloyo memang telah memberikan berkah tersendiri. Maklumlah untuk menggantungkan pada sektor pertanian semata, tak mungkin mereka bisa mendapatkan hasil maksimal. Lahan pekarangan tak memungkinkan padi tumbuh subur di daerah ini. Padi juga merupakan tanaman tadah hujan bagi penduduk.
"Kalau jumlah perajin mau seribu orang bisa didapatkan. Mereka sudah ahli turun-temurun," kata Giyarti, finalis Shell Liveware 2008 menjelaskan.
Berbekal ide usaha mandiri, mengumpulkan perajin batik tulis dengan bahan pewarna alam dirinya mengembangkan usaha. Hasilnya tak mengecewakan. 11 April 2008 lalu, pengakuan kegigihan usaha yang dijalankan bersama 30 perajin membuahkan hasil.
"Bahan pewarna alam itu memungkinkan pemakaian berkali-kali. Kain batik untuk pola bisa selesai 15 hingga 30 hari termasuk pewarnaan," kata Giyarti.
Tak kurang ada 100 motif yang siap produksi. Motif seperti Wahyu Tumurun, Sekar Jagad dan motif tradisional yang lain siap dibuat dan mudah diperoleh. Soal harga, berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 700 ribu untuk selembar batik.
"Mau harga murah, kita ada juga batik printing. Itu tersedia juga, tapi batik tulis-lah fokus produksi perajin di sini," kata Giyarti.
Kini, dengan kegiatan ekonomi yang mulai tumbuh berkat sentuhan peminat batik, dinas perindustrian dan perdagangan juga kelompok swadaya masyarakat yang peduli warisan budaya bangsa, perempuan pembatik di Imogiri siap memberikan yang terbaik.
Jika tertarik, menuju daerah ini cukuplah mudah. Lokasinya tak jauh dari kompleks makam Imogiri. Sungguh, pesona batik di daerah ini selalu terkenang. Bukan sekedar belanja, tapi keramahan warga selalu menyapa.
Membatik, bagi warga kampung Giriloyo memang telah memberikan berkah tersendiri. Maklumlah untuk menggantungkan pada sektor pertanian semata, tak mungkin mereka bisa mendapatkan hasil maksimal. Lahan pekarangan tak memungkinkan padi tumbuh subur di daerah ini. Padi juga merupakan tanaman tadah hujan bagi penduduk.
"Kalau jumlah perajin mau seribu orang bisa didapatkan. Mereka sudah ahli turun-temurun," kata Giyarti, finalis Shell Liveware 2008 menjelaskan.
Berbekal ide usaha mandiri, mengumpulkan perajin batik tulis dengan bahan pewarna alam dirinya mengembangkan usaha. Hasilnya tak mengecewakan. 11 April 2008 lalu, pengakuan kegigihan usaha yang dijalankan bersama 30 perajin membuahkan hasil.
"Bahan pewarna alam itu memungkinkan pemakaian berkali-kali. Kain batik untuk pola bisa selesai 15 hingga 30 hari termasuk pewarnaan," kata Giyarti.
Tak kurang ada 100 motif yang siap produksi. Motif seperti Wahyu Tumurun, Sekar Jagad dan motif tradisional yang lain siap dibuat dan mudah diperoleh. Soal harga, berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 700 ribu untuk selembar batik.
"Mau harga murah, kita ada juga batik printing. Itu tersedia juga, tapi batik tulis-lah fokus produksi perajin di sini," kata Giyarti.
Kini, dengan kegiatan ekonomi yang mulai tumbuh berkat sentuhan peminat batik, dinas perindustrian dan perdagangan juga kelompok swadaya masyarakat yang peduli warisan budaya bangsa, perempuan pembatik di Imogiri siap memberikan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar